WELCOME SELAMAT DATANG SUGENG RAWUH, TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN ANDA THANKS FOR YOUR VISIT

Sunday, February 9, 2014

Sekilas tentang Sosiopreneurship

"Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain" 
Kami mendirikan perusahaan ini dengan basis Sociopreneurship dengan memberdayakan masyarakat Gunung Kidul. Besar harapan kami bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sana dan juga meningkatkan efektifitas lahan pertanian dengan penanaman tanaman garut.

Pengertian Sosiopreneurship ialah kewirausahaan berbasis sosial yang mana suatu bidang bisnis yang setiap individu dapat menggerakkan masyarakat sosial agar dapat berdaya saing secara global. Sociopreneurship adalah seni pengindahan kehidupan secara real. Kreatifitas yang tepat guna adalah nafasnya. 

Seorang sociopreneur, adlah manusia yang sadar cara menyeimbangkan tugas fisik sebagai manusia dan tugas hati sebagai manusia. Sociopreneurship....berbisnis, berusaha sukses, demi membantu lebih banyak orang.

Menjawab Kedaulatan Pangan dengan Sosioenterpreneurship





Di abad terakhir ini istilah kewirausahaan atau lebih dikenal sebagai entrepreneurship semakin ramai diminati dan dibicarakan. Sebenarnya sudah sejak dulu manusia di berbagai belahan dunia memahami peran wirausahwan dalam perubahan masyarakat. Kewirausahaan secara langsung maupun tidak memiliki arti penting dalam kehidupan suatu masyarakat atau bangsa adalah meningkatkan pendapatan masyarakat, mengurangi angka pengangguran, dan memanfaatkan sumber daya ekonomi menjadi lebih produktif, meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan membantu terwujudnya pemerataan ekonomi.
Belakangan ini mulai muncul berbagai turunan dari entrepreneurship, salah satu yang cukup terkenal adalah sosioentrepreneurship atau kewirausahaan sosial. Sosioentrepreneurship secara singkat dapat diartikan sebagai entrepreneur berbasis sosial. Berbeda dengan entrepreneurship konvensional dalam sosioentrepreneurship ini berlaku kedaulatan masyarakat, intinya usaha yang ada itu berasal dari mereka, untuk mereka, dan oleh mereka dengan para pelaku sosioentrepreneur sebagai katalis atau pelopor.
Kalau kewirausahaan konvensional mengajak setiap orang untuk menumpuk keuntungan dan kekayaan materi, maka kewirausahaan sosial mengajarkan bahwa setiap orang harus peduli dan memberi kontribusi kepada masyarkat. Bahkan Muhammad Yunus, pemenang Hadiah Nobel 2006 sebagai ikon kewirausahaan sosial dunia dengan “Grameen Bank”-nya, pernah berkata, "Ketidakadilan sosial marak di dunia, wirausawahan sosial adalah jawabannya". Mungkin ada yang menganggap hal tersebut omong kosong, akan tetapi hal itu dapat ditepis karena yang mengatakannya adalah seorang pelaku sosioentrepreneruship, lebih-lebih lagi beliau adalah sosioentrepreneruship yang sukses dan terbukti dapat menjawab ketidakadilan sosial di sekitarnya.
Sosioentrepreunership atau social entrepreneurship berpotensi menjadi salah satu solusi untuk menggapai kedaulatan pangan di Indonesia. Ada banyak peluang yang bisa dimanfaatkan oleh para pelaku dan penggiat sosioentrepreneur di indonesia. Pertama, indonesia sangat kaya dan beragam dalam hal kearifan lokal. Bisa dibayangkan dari sabang sampai merauke, terbentang pulau-pulau yang terbagi lagi menjadi 33 propinsi, kemudian 33 propinsi terbagi lagi menjadi ratusan kabupaten, ratusan kabupaten tersebut terbagi lagi menjadi ribuan kecamatan, dan begitu seterusnya, hingga tingkat desa. Artinya, banyak sekali potensi-potensi tiap-tiap daerah yang unik, yang hanya dimiliki oleh satu daerah tapi tidak dimiliki daerah yang lain.
Tidak terasa, sebentar lagi ada momentum yang cukup besar, yaitu hari pangan dunia pada tanggal 16 Oktober. Selalu menjadi ironi dari dulu hingga sekarang, bagaimana mungkin Indonesia sebagai negara yang diberkahi dengan Sumber Daya Alam melimpah, tanah yang subur, dengan berjuta-juta flora dan fauna bisa hidup dengan baik di Tanah Air ini, di satu sisi ternyata sangat lemah dalam hal kedaulatan pangannya, tidak perlu jauh-jauh kedaulatan pangan, bahkan ketahanan pangan saja masih ngos-ngosan.
Sebelumnya sudah disebutkan bahwa potensi dalam negeri sangat banyak dan menjanjikan. Sebut saja salah satunya dalam hal pangan, untuk makanan pokok saja ada banyak sekali pangan alternatif selain beras, yang biasa dikonsumsi di beberapa daerah di berbagai penjuru Indonesia, sebut saja singkong, sagu, ubi jalar, jagung, dan masih banyak lagi. Begitu juga untuk buah-buahan, ada apel malang, jeruk bali, salak sleman, dan banyak lagi buah-buah khas daerah yang berbeda dengan buah sejenis dari daerah lain. Bukankah itu bukti nyata dari besarnya potensi untuk solusi dalam menjawab permasalahan pangan?
Untuk berhasil dalam mencapai kedaulatan pangan, petani dan nelayan memiliki peran yang sangat amat besar. Tapi kenyataan saat ini, justru petani dan nelayan yang termarjinalkan dalam lingkaran kemiskinan dan kekurangan. Kedaulatan Pangan hanya angan-angan belaka saja, selama pemerintah masih menganaktirikan para actor di bidang pangan ini, petani dan nelayan. Lihat saja sekarang, pemerintah masih fokus pada yang namanya ketahanan pangan yang tidak mempersoalkan apapun metodenya, yang penting keamanan pangan bisa dicapai, walaupun dengan impor pangan sana-sini. Sekarang saatnya hal itu diganti menjadi kedaulatan pangan, dimana akses modal dan teknologi bagi petani dan nelayan terjamin, juga perlindungan dari impor yang belakangan sangat menyiksa para petani. 
Menteri pertanian, Ir. Suswono pernah menyatakan bahwa diversifikasi pangan bisa menjadi solusi yang cocok dalam mencapai kedaulatan pangan di indonesia. Bicara tentang diversifikasi berarti bicara juga tentang kearifan pangan lokal yang sangat banyak dan beragam di Indonesia ini. Dan yang bisa menjadi pencetus dan pendorong pemanfaatan dan pengembagan kearifan lokal ini adalah sosioentrepreneurship.  
Ditempat lain, Menteri Sosial, DR. H. Salim Segaf Al-Jufri, MA, secara resmi menyatakan dukungan dirinya beserta departemen yang beliau pimpin, yaitu Departemen Sosial, kepada pengembangan sosioentrepreneurship dalam rangka menjawab berbagai permasalahan masyarakat di berbagai pelosok negeri. Banyak sekali aktivitas sosioentrepreneur dalam berbagai bidang dan di berbagai pelosok negeri terbukti dapat menjadi solusi dari permasalahan masyarakat, bahkan hingga membuat masyarakat di daerah tersebut semakin aktif dan sejahtera, misalnya di daerah Garut dengan Asgar Muda-nya atau daerah Bantul dengan Bank Sampah-nya.
Terbukti, inilah waktu yang tepat, waktu dimana dukungan datang dari banyak pihak, termasuk pemerintah melalui dua departemen raksasa setingkat Departemen Pertanian dan Departemen Sosial. Ada juga pihak swasta, LSM-LSM atau Perusahaan-perusahaan dengan program CSR (Corporate Social Responsibility), atau bahkan dari individu-individu dengan kekuatan finansial yang tinggi, semuanya siap membantu, tentunya hanya jika mereka bisa diyakinkan dan di lapangan dapat diterapkan secara optimal. Seperti kata AA Gym dengan semboyan 3 M-nya, Mulai dari diri sendiri, Mulai dari sekarang, dan Mulai dari hal yang kecil. 
Ditulis oleh : Muhammad H. Mustofa (Teknik Pertanian 2009)

Cookies Garut Berprebiotik : Betapa Sehatnya!


Selain memiliki karbohidrat yang tinggi, umbi garut juga mengandung protein yang cukup tinggi dan bebas gluten yang aman untuk penderita penyakit autis. Selain itu, pati garut sangat rendah kalori, dari 100 umbi garut hanya menghasilkan 65 kalori.
 
Cookies adalah kue kering yang berbahan dasar pati atau tepung yang diolah bersama bahan-bahan kue kering lainnya, seperti telur, margarin, dan lain sebagainya. Cara membuat cookies sangat mudah. Kue ini digemari dari berbagai kalangan, tua-muda, dan lain sebagainya. Biasanya kue ini menjadi pilihan pelengkap minum teh atau kopi, atau sebagai pengganjal perut sementara.

Produk Gama Prebiotic Cookies ini dibuat selain untuk memperkaya daftar makanan sehat juga bertujuan untuk memanfaatkan pangan lokal. Cookies yang sangat digemari berbagai kalangan dibuat dari bahan dasar pati dan tepung garut yang kaya akan protein dan serat sehingga para pecinta cookies tak perlu khawatir akan bertambah berat badannya setelah mengkonsumsi ini. Kelebihan lainnya adalah cookies ini mengandung prebiotik. Apa itu prebiotik? Sudah dijelaskan di artikel sebelumnya :D

Banyak manfaat yang diperoleh dari cookies bagi kesehatan. Ia mengandung zat-zat yang dibutuhkan oleh tubuh dan aman dikonsumsi. Cookies ini dapat diperoleh di toko-toko tertentu. Ada 2 jenis kemasan yakni premium dan komersil. Kemasan premium berisi 27 biji, dan kemasan komersil berisi 15 biji. Tersedia 2 macam rasa, yakni original dan tebur chocochips. Harganya sangat murah dan terjangkau. Bisa dikonsumsi untuk semua kalangan. Selamat mencoba!<riza>

Garut Sangat Potensial Meningkatkan Kesehatann


Garut
Ubi garut (arrowroot) merupakan salah satu jenis umbi-umbian, yangbanyak ditemukan di Indonesia. Tanaman garut termasuk dalam family Marantaceae, genus Maranta spesies Maranta arundinaceae L. Tanaman iniberasal dari Indian Barat (West Indian), mereka menyebut Tibur starch,merupakan family Ginger, genus Curcuma. Ubi garut mengandung 12% tepung kering dan 1.7% protein.
Masyarakat mengenal ubi garut dengan istilah yang berbeda-beda, di Jawa ada yang menyebut angkrik, arus, erus, sedangkan di daerah Sunda dikenal dengan nama patat atau sagu (Widowati et al. 2002) Di Malaysia disebut ubi bemban, Batak: Sagu Ban-ban, Nias: Saku Ndrawa, Minang: Sagu larut, Bali: Krarus, Minahasa: Tawang, Gorontalo: Labia Walanta
2
 
Pemanfaatan umbi-umbian lokal ”terpinggirkan” seperti umbi Garut untuk meningkatkan kesehatan masyarakat memang perlu digarap secara lebih serius. Umbi garut ( Marantha arundinaceae L) menurut Kumalasari (2004) mengandung komponen-komponen prebiotik, antara lain serat larut 2,37 % (db), serat tak larut 12,49% (db), juga rafinosa, laktulosa dan stakiosa. Rafinosa terdapat dalam jumlah yang paling besar yakni 396,88ppm, laktulosa sebanyak 270,84ppm, dan stakiosa berjumlah sangat sedikit, yakni  kurang dari 56,68ppm. Rafinosa dan stakiosa dapat digunakan oleh Bifidobacteria dan Lactobacilli dengan memecahnya menjadi monosakarida (Hou, dkk., 2000).
Pengujian in vitro terhadap ekstrak umbi garut segar terbukti dapat menstimulasi pertumbuhan B.longum dan Lactobacillus G3, sekaligus mampu menekan pertumbuhan S.typhimurium, B.cereus dan E.coli (Kusnandar dkk., 2007). Secara in vivo, pemberian diet tepung garut pada tikus terbukti dapat meningkatkan populasi Lactobacilli pada saluran pencernaan tikus (Kumalasari,2009).


Komposisi Zat Gizi Tepung Garut
Komponen
Jumlah
Air, %wb
Abu, %db
Protein, %db
Lemak, %db
Amilosa, %db
Serat Larut, %db
Serat Tak Larut, %db
Oligosakarida rafinosa, ppm
Oligosakarida laktulosa, ppm
11,9
0,58
0,14
0,84
25,94
5,03
8,74
396,88
270,84


Sedangkan Pati garut dapat digunakan sebagai bahan penambah nafsu makan (stomachica), anti-radang (anti-inflammatory), dan sebagai penguat (tonik), obat diare, radang sendi, radang usus, penambah asam lambung, mengatasi keputihan, biang keringat, digigit serangga, jerawat atau flek hitam.